GENERASI TANGGUH
Oleh: Nasrullah, M.Pd.I
(Alumni Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2012)
Saat ini para pemuda sedang dilanda
virus-virus berbahaya yang secara sadar maupun tidak semakin hari akan
senantiasa menggerogoti mereka hingga akhirnya secara pelan-pelan tapi pasti
mengalami kemunduran. Sejarah tidak akan berbohong, betapa dahulu para pejuang
umat Islam didominasi oleh para pemuda. Sebut saja namanya Usamah bin Zaid dengan
usia 20 tahun yang pada masa kekhalifahan Abu Bakar As Shiddiq sudah menjadi
panglima perang. Dengan keimanan yang kuatlah seorang pemuda akan mampu menjadi
yang terbaik seperti yang telah dialami oleh Usamah bin Zaid.
Dulu
tantangan umat Islam tampak jelas kelihatan, sedangkan saat ini yang dianggap
teman justru sebenarnya adalah musuh yang sangat berbahaya. Bagaimana tidak, di
era modern saat sekarang ini umat telah di pengaruhi oleh teknologi modern,
sebut saja seperti internet, hp, televisi, majalah, koran dan media cetak
maupun elektronik lainnya. Bagi yang bisa mempergunakan dan memanfaatkan, maka
selamatlah ia. Sebaliknya bagi yang tidak/ belum bisa memanfaatkan teknologi,
maka secara perlahan ia diperbudak oleh teknologi itu sendiri. Kemajuan
teknologi adalah sebuah keniscayaan yang sudah pasti adanya. Tinggal bagaimana
para orang tua maupun guru termasuk juga masyarakat dan pribadi masing-masing
untuk menyikapi datangnya arus globalisasi tersebut dengan bijak.
Dengan
memperhatikan fakta generasi saat ini masih banyak yang terbawa arus tidak baik
dari teknologi tersebut, maka sepertinya inilah yang menyebabkan akhlak maupun
perilaku anak-anak bangsa semakin hari semakin memprihatinkan. Bisa dilihat
bagaimana berita-berita di televisi maupun surat kabar dan media sosial
lainnya, seringkali terjadi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, beredarnya
miras, narkoba beserta kawan-kawannya, rampok ataupun begal sampai pada tahap
korupsi dari tingkat desa hingga sampai pusat. Seolah-olah bangsa ini tidak ada
harapan untuk bangkit dari keterpurukan.
Bangsa
kita yang dulunya dikenal dengan bangsa yang ramah dan baik sekarang berubah
menjadi sebaliknya. Dengan adanya teknologi maka budaya apa saja bebas masuk
dan siap mempengaruhi generasi penerus bangsa. Budaya bangsa yang identik
dengan budaya ke-Timuran kini juga secara perlahan berubah menjadi
budaya ke-Barat-baratan. Anak-anak sekolah dasar yang seharusnya pada
malam hari berada di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah maupun belajar,
kini bebas berkeliaran entah kemana. Bisa nonton karaoke, nongkrong di
jembatan, ngamen, ngemis atau aktifitas-aktifitas lainnya. Maklum memang dengan
perilaku mereka, mungkin keluarga tidak memberikan pendidikan yang layak, atau
dia terkena pengaruh lingkungan tempat tinggalnya atau mungkin terkena pengaruh
teman-temannya diluar. Tapi apakah dengan keadaan seperti ini kita hanya
tinggal diam tanpa berbuat apa-apa? Atau mungkin usaha untuk menjadikan
generasi bangsa ini sebagai generasi penerus yang tangguh masih kurang
maksimal?
Pendidikan
merupakan hal utama untuk merubah keadaan sebuah bangsa tak terkecuali
Indonesia. Wajah pendidikan di Indonesia inilah nantinya akan menentukan kemana
arah bangsa ini. Jika tujuan pendidikannya jelas maka out putnya pun akan
terlihat membanggakan. Sebaliknya jika tujuannya tidak sesuai dengan
pelaksanaannya maka output dari pendidikan itu sendiripun bisa kurang maksimal
atau bahkan mengalami kegagalan. Karena di antara tujuan pendidikan Nasional
adalah agar anak bisa menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allas
swt. Dan ternyata ini tidak sesuai dengan harapan para orang tua. Pendidikan
tidak hanya menjadi tenggung jawab orang tua maupun keluarga semata, tapi juga
merupakan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah setempat
maupun pusat. Untuk itulah perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam
pengembangan lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Kemudian selain itu dari
pihak pemerintah maupun swasta saat ini banyak mendirikan berbagai macam
sekolah-sekolah, mulai dari sekolah Nasional hingga sekolah bertaraf
internasional. Tapi pertanyaannya, apakah sekolah-sekolah tersebut bisa
menjamin akan memperbaiki kondisi bangsa? Terkhusus dalam permasalahan akhlak?
Mengapa
akhlak? Karena dengan akhlak yang baiklah negeri ini akan menjadi negeri yang
baik dan dipenuhi dengan berkah. Mengapa bisa begitu? Karena dengan akhlak yang
baik seseorang tidak akan melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum yang dibuat
oleh negara apalagi agama. KHA Dahlan mengatakan “agama tanpa akhlak berarti
bukan agama”. Tampaknya ini sejalan dengan perkataan Nabi Muhammad saw yang
intinya tidaklah beliau diutus kecuali untuk memperbaiki akhlak. Nabi diutus
dalam kondisi masyarakat jahiliyah dalam arti kondisi masyarakat yang carut marut. Jahiliah
bukan berarti mudah untuk dibodohi tapi jahiliah karena menyembah berhala yang
mereka buat sendiri. Di sinilah diantara letak kejahilannya. Belum lagi menganggap
perzinahan dan berperang adalah sesuatu hal yang biasa bahkan mereka senang
melakukan itu. Jual beli budak, memakan riba dan lain sebagainya.
Lemahnya iman bisa berakibat fatal
terhadap kondisi kejiwaan manusia. Di antara akibatnya yaitu dengan begitu
mudahnya seseorang melakukan praktik-praktik kemusyrikan bahkan dengan rela
hati sampai meninggalkan agamanya, na’udzubullahi min dzalik. Tidak
hanya itu, kemerosotan serta kemajuan sebuah bangsa juga bisa ditentukan oleh
seberapa besar keimanan yang tertanam dalam hati. Semakin dekat seseorang
kepada Allah maka akan semakin meningkatkan kualitas sebuah bangsa. Bagaimana
tidak? Seseorang yang memiliki keimanan yang kuat, ia tidak akan tergiur oleh
urusan duniawi yang tidak halal baginya. Sebut saja korupsi, orang yang
benar-benar mengamalkan ajaran Islam dengan sebenar-benarnya tentu faham akan
hal itu. Tidak akan melakukan perbuatan korupsi dan semacamnya.
Sejak kecil, banyak anak-anak yang
secara tidak sengaja sudah belajar praktik korup ataupun tindakan menyimpang
lainnya. Misalnya: suka mencontek ketika ujian, suka malak/meminta uang
temannya dengan paksa, mencuri secara diam-diam ataupun menyalahgunakan uang
bendahara kelas untuk kepentingan pribadi dan suka berkelahi. Belum lagi nantinya
praktik tersebut didukung oleh lingkungannya, secara tidak sadar pelan-pelan
dan secara istiqamah maka ketika anak sudah dewasa ia akan mengikuti kebiasaan
lamanya. Untuk mencegah atau meminimalisir perilaku-perilaku menyimpang
tersebut maka perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah. Tanpa adanya kerjasama yang solid diantara keempat ini maka
realisasi dari akhlak yang mulia pun akan kurang. Alangkah baiknya jika keempat
elemen diatas bekerja sama saling memperbaiki dan membangun, bukan malah
sebaliknya saling menghancurkan antara satu dengan lainnya.
Muhammadiyah adalah satu-satunya
ormas terbesar saat ini yang masih bisa mempertahankan eksistensinya baik di
bidang sosial masyarakat, pendidikan, maupun dakwah. Mengapa Muhammadiyah
sampai kini semakin melebarkan sayapnya? Karena pemimpin-pemimpin Muhammadiyah
memiliki karakter akhlak yang baik. Sehingga dengan akhlak yang baik inilah mampu
menghantarkan Muhammadiyah semakin terkenal, bukan hanya di Indonesia bahkan
sampai keluar negeri. Bukan hanya terkenal semata tapi juga memiliki gerak yang
cepat. Dan untuk menjadi pemimpin Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan akhlak
yang baik tapi juga diharapkan memiliki kredibilitas dan kreatifitas serta
kemampuan di dalam memimpin lainnya. Ikhlas dalam beramal serta bekerja adalah
modal bagi pemimpin Muhammadiyah. Tanpa keikhlasan, tentu seseorang akan
dibayang-bayangi oleh materi. Sehingga amal hanya akan terlaksana dengan adanya
iming-iming materi yang berlimpah. Tanpa adanya ketulusan dalam memimpin, tentu
penulis yakin Muhammadiyah tidak akan eksis sampai saat ini.
Dengan derasnya arus globalisasi,
maka selama pemimpin/pimpinan Muhammadiyah memiliki spirit ikhlas, ia
senantiasa akan terus berjuang keras
dalam menggapai cita-cita dan tujuannya yaitu “menegakkan dan menjunjung
tinggi perintah agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”. Ajaran-ajaran Islam seharusnya betul-betul dijunjung
tinggi bukan oleh orang Muhammadiyah saja tapi juga semua orang yang mengaku
beragama Islam dan menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasulnya.
Sesuai dengan arti Muhammadiyah yang berarti “pengikut Muhammad”. Orang
yang mengaku beragama Islam dan mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad saw maka
diharuskan ia mengikuti perintah ajaran Islam sesuai dengan apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Jadi sangat jelas sekali cita-cita dan
tujuan Muhammadiyah di atas, sangat menjunjung tinggi sekali perintah Islam
sehingga masyarakat mampu menampilkan nilai-nilai Islam dalam segala sendi
kehidupannya. Jika setiap individu masyarakat sudah menampilkan nilai-nilai
Islam seperti di antaranya berlaku lemah lembut terhadap sesama, suka menolong
tanpa pamrih ataupun ikhlas dalam segala amal perbuatannya, tawadhu, tidak
JUBRIYA (istilah pak AR) ujub dan riya, serta akhlak-akhlak yang telah
diajarkan oleh Islam melalui Al Qur’an maupun Sunnah/hadits Nabi. Ikhlas akan
berakibat lapangnya dada serta akan senantiasa bahagia dalam menjalani segala
kehidupan maupun masalah-masalah yang menimpa.
Diantara akhlak Islam tersebut di
ataslah yang saat ini sudah mulai hilang dari sendi-sendi kehidupan sebagian
masyarakat. Sehingga yang muncul adalah malah sebaliknya, perbuatan-perbuatan
yang menyimpang dari ajaran Islam itu sendiri. Manusia terlalu kreatif di dalam membuat amalan-amalan yang
sebenarnya tidak ada perintah maupun contoh dari Nabi Muhammad saw. Sebut saja ngalap
berkah (meminta berkah ke kuburan syaikh atau para wali yang dianggap
keramat) padahal jika secara logika, tidak ada hubungannya orang yang sudah
meninggal bisa memberikan manfaat atau mudharat kepada seseorang yang masih
hidup, dan Nabi tidak pernah mengajarkan ngalap berkah seperti yang
telah dicontohkan di atas. Ketika
manusia melakukan perbuatan kesyirikan inilah maka akalnya seolah-olah tidak
berfungsi lagi. Dan ini tidak hanya terjadi/dilakukan di satu tempat, tapi
terjadi di banyak tempat dan praktik seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu.
Dan inilah di antaranya penyebab KHA Dahlan mendirikan organisasi yang diberi
nama dengan Muhammadiyah.
Dalam mahfuzhat (pepatah Arab)
dikatakan bahwa “kalian adalah pemuda hari ini dan pemimpin di masa depan”. Pepatah
ini ada benarnya, sebab jika menginginkan sebuah Negara yang baik, maka hal
pertama kali dirubah adalah generasi penerus. Tentu ini kembali kepada keluarga
mereka masing-masing bagaimana seni maupun cara dalam mendidik anak ditengah
arus modern. Mungkinkah Negara akan bagus, jika akhlak serta tingkah laku
masyarakat saat ini rusak? Jadi apa nantinya mereka 30 bahkan sampai 50 tahun
yang akan datang? Jika saat ini generasi-genarasi didik dengan sesuatu didikan
yang tidak/kurang berkualitas?
Muhammadiyah sejak berdirinya sampai
saat ini (dan seterusnya Insyaallah) senantiasa terus menerus memiliki semangat
dakwah diantaranya yaitu melewati lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan
oleh Muhammadiyah sendiri yang sudah tersebar di berbagai macam daerah dan
provinsi dari jenjang TK bahkan sampai tingkat Universitas. Muhammadiyah tidak
main-main dalam mengelola bidang pendidikan, ini dapat dibuktikan bersaingnya
sekolah-sekolah Muhammadiyah dengan sekolah-sekolah swasta lainnya bahkan sekolah
negeri. Sebut saja jika tingkat perguruan tinggi ada UMM, UMS, UMY, UAD, UMP,
dan universitas-universitas Muhammadiyah lainnya. Belum lagi baru-baru ini
(2015) telah diresmikannya peletakan batu pertama Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin yang secara langsung dihadiri oleh pimpinan pusat Muhammadiyah.
Dalam tahap pendirian
sekolah-sekolah, tentu tidak berjalan dengan mulus. Senantiasa ada rintangan
yang dihadapi oleh Muhammadiyah. Tantangan tersebut diantaranya bisa berupa
sulitnya untuk mendirikan bangunan, banyak yang tidak senang dengan
Muhammadiyah, ejekan, cemoohan, belum lagi terkait dengan pembiayaan
pembangunan dan tantangan-tantangan lainnya. Dan dengan semangat jihad fi sabilillah
ikhlas karena Allah ta’ala sehingga perjuangan-perjuangan tersebut pun
membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Dengan adanya sekolah-sekolah tersebut
diatas, maka Muhammadiyah dapat mengajarkan nilai-nilai Islam terhadap siapa
saja yang bersentuhan dengannya. Tidak hanya khusus orang Islam tapi juga untuk
orang yang bukan beragama Islam. Karena Muhammadiyah dalam dakwahnya mempunyai
dua target, yaitu dakwah terhadap orang yang sudah Islam bersifat nasihat dan
terhadap orang yang belum masuk Islam.
Dengan membaca sejarah awal
perjuangan Muhammadiyah, tentu ini akan dapat dijadikan pelajaran dalam
berjuang ikhlas karena Allah. Sejarah tentang perjuangannya tidak serta merta
hanya sebagai kebanggaan di masa lalu, akan tetapi untuk diambil manfaat ataupun
ibrah darinya. Makanya mantan presiden RI bung Karno pernah mengatakan
dengan istilah JAS MERAH yang berarti “jangan sekali-kali melupakan
sejarah”. Ini menandakan betapa pentingnya sejarah bagi generasi penerus
bangsa ini tak terkecuali oleh para pimpinan maupun orang-orang Muhammadiyah
secara umum. Sama halnya ketika Al Qur’an berbicara tentang sejarah umat-umat
terdahulu yang taat dan ingkar terhadap Allah dan RasulNya. Mereka mendapatkan
ganjaran yang setimpal atas apa yang mereka perbuat secara langsung dan
tiba-tiba.
Dengan adanya muktamar Muhammadiyah,
maka diharapkan spirit ber-Muhammadiyah akan senantiasa meningkat jika
dibandingkan sebelumnya. Sebab orang yang sukses ber-Muhammadiyah menurut Agus
Sukaca adalah orang yang sukses dalam Muhammadiyah bukan orang yang sudah
menjadi pimpinan Muhammadiyah tapi orang yang sukses di dalam ber-Muhammadiyah
adalah orang-orang yang mampu mengamalkan ajaran Islam dengan sebenar-benarnya.
Inilah yang dikatakan sebagai orang yang sukses dalam ber-Muhammadiyah.
Sekarang yang menjadi pertanyaan kita bersama adalah “sudah seberapa jauh
pengamalan kita terhadap ajaran Islam itu sendiri”? Jika belum jauh dan masih
setengah-setengah, berarti orang ini belum dikatakan sebagai orang yang sukses
dalam ber-Muhammadiyah”. Jangan berharap ber-Muhammadiyah bisa menjadi
kaya raya, justru dengan ber-Muhammadiyah kita dituntut untuk mengorbankan
harta, tenaga, fikiran, dan segala-galanya.
KHA Dahlan pernah berpesan “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan
mencari hidup di Muhammadiyah”. Untuk itulah dengan pesan beliau ini, maka
diharapkan tujuan ber-Muhammadiyah bukanlah karena harta tapi karena Allah swt.
Suatu saat tentu orang-orang
Muhammadiyah yang sekarang akan menjadi tua. Secara otomatis tampuk
kepemimpinan akan beralih kepada generasi yang saat ini. Dengan persiapan yang
matang, maka Muhammadiyah akan melahirkan generasi-generasi penerus yang
tangguh melebihi pemimpin-pemimpin terdahulu. Dan sudah dipastikan bahwa
tantangan generasi penerus Muhammadiyah saat ini semakin hari semakin banyak
dan tidak terlihat alias samar. Banyaknya kebenaran-kebenaran yang seolah-olah
dianggap salah sedangkan yang batil seolah-olah kebenaran inilah yang
menyebabkan umat Islam banyak yang terperosok di dalamnya hanya karena dengan
slogan “banyak yang melakukan”.
Muhammadiyah di masa yang akan datang
tentu akan mengalami banyak sekali tantangan. Maka sangat diperlukan generasi
penerus yang mampu membawa serta menyelamatkan Muhammadiyah dari tangan-tangan
yang tidak bertanggung jawab. Di antara cara menyiapkan generasi-generasi yang
tangguh di masa depan adalah melalui pendidikan. Sehingga generasi penerus
Muhammadiyah akan menjadi generasi yang tidak mudah patah semangat, generasi
yang dihiasi dengan akhlak mulia serta keimanan yang kokoh. Sehingga dengan
begitu, insyaallah Muhammadiyah akan senantiasa eksis pada jalurnya sebagaimana
dikehendaki dan dicita-citakan oleh pada pendahulu Muhammadiyah. Allahu
A’lam bis Shawab. (2102)