Senin, 29 Juni 2015


GENERASI TANGGUH
Oleh: Nasrullah, M.Pd.I
(Alumni Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta 2012)

Saat ini para pemuda sedang dilanda virus-virus berbahaya yang secara sadar maupun tidak semakin hari akan senantiasa menggerogoti mereka hingga akhirnya secara pelan-pelan tapi pasti mengalami kemunduran. Sejarah tidak akan berbohong, betapa dahulu para pejuang umat Islam didominasi oleh para pemuda. Sebut saja namanya Usamah bin Zaid dengan usia 20 tahun yang pada masa kekhalifahan Abu Bakar As Shiddiq sudah menjadi panglima perang. Dengan keimanan yang kuatlah seorang pemuda akan mampu menjadi yang terbaik seperti yang telah dialami oleh Usamah bin Zaid.
Dulu tantangan umat Islam tampak jelas kelihatan, sedangkan saat ini yang dianggap teman justru sebenarnya adalah musuh yang sangat berbahaya. Bagaimana tidak, di era modern saat sekarang ini umat telah di pengaruhi oleh teknologi modern, sebut saja seperti internet, hp, televisi, majalah, koran dan media cetak maupun elektronik lainnya. Bagi yang bisa mempergunakan dan memanfaatkan, maka selamatlah ia. Sebaliknya bagi yang tidak/ belum bisa memanfaatkan teknologi, maka secara perlahan ia diperbudak oleh teknologi itu sendiri. Kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang sudah pasti adanya. Tinggal bagaimana para orang tua maupun guru termasuk juga masyarakat dan pribadi masing-masing untuk menyikapi datangnya arus globalisasi tersebut dengan bijak.
Dengan memperhatikan fakta generasi saat ini masih banyak yang terbawa arus tidak baik dari teknologi tersebut, maka sepertinya inilah yang menyebabkan akhlak maupun perilaku anak-anak bangsa semakin hari semakin memprihatinkan. Bisa dilihat bagaimana berita-berita di televisi maupun surat kabar dan media sosial lainnya, seringkali terjadi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, beredarnya miras, narkoba beserta kawan-kawannya, rampok ataupun begal sampai pada tahap korupsi dari tingkat desa hingga sampai pusat. Seolah-olah bangsa ini tidak ada harapan untuk bangkit dari keterpurukan.
Bangsa kita yang dulunya dikenal dengan bangsa yang ramah dan baik sekarang berubah menjadi sebaliknya. Dengan adanya teknologi maka budaya apa saja bebas masuk dan siap mempengaruhi generasi penerus bangsa. Budaya bangsa yang identik dengan budaya ke-Timuran kini juga secara perlahan berubah menjadi budaya ke-Barat-baratan. Anak-anak sekolah dasar yang seharusnya pada malam hari berada di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah maupun belajar, kini bebas berkeliaran entah kemana. Bisa nonton karaoke, nongkrong di jembatan, ngamen, ngemis atau aktifitas-aktifitas lainnya. Maklum memang dengan perilaku mereka, mungkin keluarga tidak memberikan pendidikan yang layak, atau dia terkena pengaruh lingkungan tempat tinggalnya atau mungkin terkena pengaruh teman-temannya diluar. Tapi apakah dengan keadaan seperti ini kita hanya tinggal diam tanpa berbuat apa-apa? Atau mungkin usaha untuk menjadikan generasi bangsa ini sebagai generasi penerus yang tangguh masih kurang maksimal?
Pendidikan merupakan hal utama untuk merubah keadaan sebuah bangsa tak terkecuali Indonesia. Wajah pendidikan di Indonesia inilah nantinya akan menentukan kemana arah bangsa ini. Jika tujuan pendidikannya jelas maka out putnya pun akan terlihat membanggakan. Sebaliknya jika tujuannya tidak sesuai dengan pelaksanaannya maka output dari pendidikan itu sendiripun bisa kurang maksimal atau bahkan mengalami kegagalan. Karena di antara tujuan pendidikan Nasional adalah agar anak bisa menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allas swt. Dan ternyata ini tidak sesuai dengan harapan para orang tua. Pendidikan tidak hanya menjadi tenggung jawab orang tua maupun keluarga semata, tapi juga merupakan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah setempat maupun pusat. Untuk itulah perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam pengembangan lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Kemudian selain itu dari pihak pemerintah maupun swasta saat ini banyak mendirikan berbagai macam sekolah-sekolah, mulai dari sekolah Nasional hingga sekolah bertaraf internasional. Tapi pertanyaannya, apakah sekolah-sekolah tersebut bisa menjamin akan memperbaiki kondisi bangsa? Terkhusus dalam permasalahan akhlak?
Mengapa akhlak? Karena dengan akhlak yang baiklah negeri ini akan menjadi negeri yang baik dan dipenuhi dengan berkah. Mengapa bisa begitu? Karena dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum yang dibuat oleh negara apalagi agama. KHA Dahlan mengatakan “agama tanpa akhlak berarti bukan agama”. Tampaknya ini sejalan dengan perkataan Nabi Muhammad saw yang intinya tidaklah beliau diutus kecuali untuk memperbaiki akhlak. Nabi diutus dalam kondisi masyarakat jahiliyah dalam arti kondisi masyarakat yang carut marut. Jahiliah bukan berarti mudah untuk dibodohi tapi jahiliah karena menyembah berhala yang mereka buat sendiri. Di sinilah diantara letak kejahilannya. Belum lagi menganggap perzinahan dan berperang adalah sesuatu hal yang biasa bahkan mereka senang melakukan itu. Jual beli budak, memakan riba dan lain sebagainya.
Lemahnya iman bisa berakibat fatal terhadap kondisi kejiwaan manusia. Di antara akibatnya yaitu dengan begitu mudahnya seseorang melakukan praktik-praktik kemusyrikan bahkan dengan rela hati sampai meninggalkan agamanya, na’udzubullahi min dzalik. Tidak hanya itu, kemerosotan serta kemajuan sebuah bangsa juga bisa ditentukan oleh seberapa besar keimanan yang tertanam dalam hati. Semakin dekat seseorang kepada Allah maka akan semakin meningkatkan kualitas sebuah bangsa. Bagaimana tidak? Seseorang yang memiliki keimanan yang kuat, ia tidak akan tergiur oleh urusan duniawi yang tidak halal baginya. Sebut saja korupsi, orang yang benar-benar mengamalkan ajaran Islam dengan sebenar-benarnya tentu faham akan hal itu. Tidak akan melakukan perbuatan korupsi dan semacamnya.
Sejak kecil, banyak anak-anak yang secara tidak sengaja sudah belajar praktik korup ataupun tindakan menyimpang lainnya. Misalnya: suka mencontek ketika ujian, suka malak/meminta uang temannya dengan paksa, mencuri secara diam-diam ataupun menyalahgunakan uang bendahara kelas untuk kepentingan pribadi dan suka berkelahi. Belum lagi nantinya praktik tersebut didukung oleh lingkungannya, secara tidak sadar pelan-pelan dan secara istiqamah maka ketika anak sudah dewasa ia akan mengikuti kebiasaan lamanya. Untuk mencegah atau meminimalisir perilaku-perilaku menyimpang tersebut maka perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Tanpa adanya kerjasama yang solid diantara keempat ini maka realisasi dari akhlak yang mulia pun akan kurang. Alangkah baiknya jika keempat elemen diatas bekerja sama saling memperbaiki dan membangun, bukan malah sebaliknya saling menghancurkan antara satu dengan lainnya.
Muhammadiyah adalah satu-satunya ormas terbesar saat ini yang masih bisa mempertahankan eksistensinya baik di bidang sosial masyarakat, pendidikan, maupun dakwah. Mengapa Muhammadiyah sampai kini semakin melebarkan sayapnya? Karena pemimpin-pemimpin Muhammadiyah memiliki karakter akhlak yang baik. Sehingga dengan akhlak yang baik inilah mampu menghantarkan Muhammadiyah semakin terkenal, bukan hanya di Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Bukan hanya terkenal semata tapi juga memiliki gerak yang cepat. Dan untuk menjadi pemimpin Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan akhlak yang baik tapi juga diharapkan memiliki kredibilitas dan kreatifitas serta kemampuan di dalam memimpin lainnya. Ikhlas dalam beramal serta bekerja adalah modal bagi pemimpin Muhammadiyah. Tanpa keikhlasan, tentu seseorang akan dibayang-bayangi oleh materi. Sehingga amal hanya akan terlaksana dengan adanya iming-iming materi yang berlimpah. Tanpa adanya ketulusan dalam memimpin, tentu penulis yakin Muhammadiyah tidak akan eksis sampai saat ini.
Dengan derasnya arus globalisasi, maka selama pemimpin/pimpinan Muhammadiyah memiliki spirit ikhlas, ia senantiasa akan terus berjuang  keras dalam menggapai cita-cita dan tujuannya yaitu “menegakkan dan menjunjung tinggi perintah agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Ajaran-ajaran Islam seharusnya betul-betul dijunjung tinggi bukan oleh orang Muhammadiyah saja tapi juga semua orang yang mengaku beragama Islam dan menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasulnya. Sesuai dengan arti Muhammadiyah yang berarti “pengikut Muhammad”. Orang yang mengaku beragama Islam dan mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad saw maka diharuskan ia mengikuti perintah ajaran Islam sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Jadi sangat jelas sekali cita-cita dan tujuan Muhammadiyah di atas, sangat menjunjung tinggi sekali perintah Islam sehingga masyarakat mampu menampilkan nilai-nilai Islam dalam segala sendi kehidupannya. Jika setiap individu masyarakat sudah menampilkan nilai-nilai Islam seperti di antaranya berlaku lemah lembut terhadap sesama, suka menolong tanpa pamrih ataupun ikhlas dalam segala amal perbuatannya, tawadhu, tidak JUBRIYA (istilah pak AR) ujub dan riya, serta akhlak-akhlak yang telah diajarkan oleh Islam melalui Al Qur’an maupun Sunnah/hadits Nabi. Ikhlas akan berakibat lapangnya dada serta akan senantiasa bahagia dalam menjalani segala kehidupan maupun masalah-masalah yang menimpa.
Diantara akhlak Islam tersebut di ataslah yang saat ini sudah mulai hilang dari sendi-sendi kehidupan sebagian masyarakat. Sehingga yang muncul adalah malah sebaliknya, perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam itu sendiri. Manusia terlalu kreatif  di dalam membuat amalan-amalan yang sebenarnya tidak ada perintah maupun contoh dari Nabi Muhammad saw. Sebut saja ngalap berkah (meminta berkah ke kuburan syaikh atau para wali yang dianggap keramat) padahal jika secara logika, tidak ada hubungannya orang yang sudah meninggal bisa memberikan manfaat atau mudharat kepada seseorang yang masih hidup, dan Nabi tidak pernah mengajarkan ngalap berkah seperti yang telah dicontohkan di atas.  Ketika manusia melakukan perbuatan kesyirikan inilah maka akalnya seolah-olah tidak berfungsi lagi. Dan ini tidak hanya terjadi/dilakukan di satu tempat, tapi terjadi di banyak tempat dan praktik seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu. Dan inilah di antaranya penyebab KHA Dahlan mendirikan organisasi yang diberi nama dengan Muhammadiyah.
Dalam mahfuzhat (pepatah Arab) dikatakan bahwa “kalian adalah pemuda hari ini dan pemimpin di masa depan”. Pepatah ini ada benarnya, sebab jika menginginkan sebuah Negara yang baik, maka hal pertama kali dirubah adalah generasi penerus. Tentu ini kembali kepada keluarga mereka masing-masing bagaimana seni maupun cara dalam mendidik anak ditengah arus modern. Mungkinkah Negara akan bagus, jika akhlak serta tingkah laku masyarakat saat ini rusak? Jadi apa nantinya mereka 30 bahkan sampai 50 tahun yang akan datang? Jika saat ini generasi-genarasi didik dengan sesuatu didikan yang tidak/kurang berkualitas?
Muhammadiyah sejak berdirinya sampai saat ini (dan seterusnya Insyaallah) senantiasa terus menerus memiliki semangat dakwah diantaranya yaitu melewati lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah sendiri yang sudah tersebar di berbagai macam daerah dan provinsi dari jenjang TK bahkan sampai tingkat Universitas. Muhammadiyah tidak main-main dalam mengelola bidang pendidikan, ini dapat dibuktikan bersaingnya sekolah-sekolah Muhammadiyah dengan sekolah-sekolah swasta lainnya bahkan sekolah negeri. Sebut saja jika tingkat perguruan tinggi ada UMM, UMS, UMY, UAD, UMP, dan universitas-universitas Muhammadiyah lainnya. Belum lagi baru-baru ini (2015) telah diresmikannya peletakan batu pertama Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang secara langsung dihadiri oleh pimpinan pusat Muhammadiyah.  
Dalam tahap pendirian sekolah-sekolah, tentu tidak berjalan dengan mulus. Senantiasa ada rintangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah. Tantangan tersebut diantaranya bisa berupa sulitnya untuk mendirikan bangunan, banyak yang tidak senang dengan Muhammadiyah, ejekan, cemoohan, belum lagi terkait dengan pembiayaan pembangunan dan tantangan-tantangan lainnya. Dan dengan semangat jihad fi sabilillah ikhlas karena Allah ta’ala sehingga perjuangan-perjuangan tersebut pun membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Dengan adanya sekolah-sekolah tersebut diatas, maka Muhammadiyah dapat mengajarkan nilai-nilai Islam terhadap siapa saja yang bersentuhan dengannya. Tidak hanya khusus orang Islam tapi juga untuk orang yang bukan beragama Islam. Karena Muhammadiyah dalam dakwahnya mempunyai dua target, yaitu dakwah terhadap orang yang sudah Islam bersifat nasihat dan terhadap orang yang belum masuk Islam.
Dengan membaca sejarah awal perjuangan Muhammadiyah, tentu ini akan dapat dijadikan pelajaran dalam berjuang ikhlas karena Allah. Sejarah tentang perjuangannya tidak serta merta hanya sebagai kebanggaan di masa lalu, akan tetapi untuk diambil manfaat ataupun ibrah darinya. Makanya mantan presiden RI bung Karno pernah mengatakan dengan istilah JAS MERAH yang berarti “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Ini menandakan betapa pentingnya sejarah bagi generasi penerus bangsa ini tak terkecuali oleh para pimpinan maupun orang-orang Muhammadiyah secara umum. Sama halnya ketika Al Qur’an berbicara tentang sejarah umat-umat terdahulu yang taat dan ingkar terhadap Allah dan RasulNya. Mereka mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang mereka perbuat secara langsung dan tiba-tiba.
Dengan adanya muktamar Muhammadiyah, maka diharapkan spirit ber-Muhammadiyah akan senantiasa meningkat jika dibandingkan sebelumnya. Sebab orang yang sukses ber-Muhammadiyah menurut Agus Sukaca adalah orang yang sukses dalam Muhammadiyah bukan orang yang sudah menjadi pimpinan Muhammadiyah tapi orang yang sukses di dalam ber-Muhammadiyah adalah orang-orang yang mampu mengamalkan ajaran Islam dengan sebenar-benarnya. Inilah yang dikatakan sebagai orang yang sukses dalam ber-Muhammadiyah. Sekarang yang menjadi pertanyaan kita bersama adalah “sudah seberapa jauh pengamalan kita terhadap ajaran Islam itu sendiri”? Jika belum jauh dan masih setengah-setengah, berarti orang ini belum dikatakan sebagai orang yang sukses dalam ber-Muhammadiyah”.   Jangan berharap ber-Muhammadiyah bisa menjadi kaya raya, justru dengan ber-Muhammadiyah kita dituntut untuk mengorbankan harta, tenaga, fikiran, dan segala-galanya.  KHA Dahlan pernah berpesan “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Untuk itulah dengan pesan beliau ini, maka diharapkan tujuan ber-Muhammadiyah bukanlah karena harta tapi karena Allah swt.
Suatu saat tentu orang-orang Muhammadiyah yang sekarang akan menjadi tua. Secara otomatis tampuk kepemimpinan akan beralih kepada generasi yang saat ini. Dengan persiapan yang matang, maka Muhammadiyah akan melahirkan generasi-generasi penerus yang tangguh melebihi pemimpin-pemimpin terdahulu. Dan sudah dipastikan bahwa tantangan generasi penerus Muhammadiyah saat ini semakin hari semakin banyak dan tidak terlihat alias samar. Banyaknya kebenaran-kebenaran yang seolah-olah dianggap salah sedangkan yang batil seolah-olah kebenaran inilah yang menyebabkan umat Islam banyak yang terperosok di dalamnya hanya karena dengan slogan “banyak yang melakukan”.
Muhammadiyah di masa yang akan datang tentu akan mengalami banyak sekali tantangan. Maka sangat diperlukan generasi penerus yang mampu membawa serta menyelamatkan Muhammadiyah dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Di antara cara menyiapkan generasi-generasi yang tangguh di masa depan adalah melalui pendidikan. Sehingga generasi penerus Muhammadiyah akan menjadi generasi yang tidak mudah patah semangat, generasi yang dihiasi dengan akhlak mulia serta keimanan yang kokoh. Sehingga dengan begitu, insyaallah Muhammadiyah akan senantiasa eksis pada jalurnya sebagaimana dikehendaki dan dicita-citakan oleh pada pendahulu Muhammadiyah. Allahu A’lam bis Shawab. (2102)